Selamat datang di Blok Ridlo yang masih Sederhana

Sejarah dan Tradisi Makam Rejenu


1.     Mengenal Sejarah makam Rejenu
Di  wilayah desa Japan  terdapat sebuah makam seorang wali yang di banyak dikunjungi para peziarah baik dari masyarakat sekitar maupun dari luar kabupaten kudus . Makam tersebut dianggap bertuah bagi masyarakat pada umumnya. Banyak pendatang dari segala penjuru kota berbondong-bondong berziarah di makam tersebut untuk berdoa dan bermunajad kepada Allah dengan berbagai berbagai tujuan.
Dari sumber yang dapat di percaya, konon pada zaman dahulu sekitar tahun 1922 M ada 3 orang musafir dari arab sedang mencari makam leluhur. Mereka mencari makam tersebut mulai dari Banten, Cirebon, Pekalongan, Demak dan sampailah di Kudus. Tetapi belum juga menemukan apa yang mereka cari. Sampai suatu ketika mereka ingin mencarinya ke gunung muria mungkin ada, tetapi mereka kemalaman diperjalanan dan akhirnya beristirahat disebuah masjid di desa piji dan bertemu seorang kyai. Mereka berbincang-bincang tentang apa tujuan 3 orang musafir tersebut. Kemudian kyai tersebut menyarankan untuk mencarinya ke gunung muria, tetapi tetap tidak ada. Ada seorang laki-laki tua  yang mengatakan bahwa di rejenu ada sebuah makam kuno tetapi tidak tahu makam siapa. Mendengar cerita tersebut, menjadikan 3 orang musafir sangat penasaran. Maka di carilah ke rejenu.
 Di bawah pohon besar yang sangat tua itulah terdapat makam kuno yang di anggap petuah. Kemudian di ambil tanah makam tersebut oleh 3 orang musafir tersebut dengan membacakan takbir 3x. Subhanaallah dengan bacaan takbir, 3 orang musafir tersebut mengetahui siapa yang menghuni makam itu. Dan ternyata makam yang di ceritakan seorang laki-laki tua itu adalah makam leluhurnya yang selama ini dicarinya.
Masyarakat sekitar biasa memanggilnya Syeh Sadli yang berasal dari bahasa arab “ Syeh Khasan Sadzali”. Ternyata makam Syeh Sadzali ratusan tahun lebih dulu ada dari pada makam Walisongo yang ada di Pulau Jawa. Menurut juru kunci makam Rejenu, Syeh Sadzali adalah seorang guru dari Sunan Muria Kangjeng Raden Umar Sa’id. Tetapi opini tersebut belum bisa di lacak kebenarannya.

2.     Tradisi di makam Rejenu

Bukak Luwur
Makam Syeh Sadzali mulai ramai diziarahi masyarakat sekitar tahun 80an dan jalan menuju kesana pada waktu itu masih berupa semak-semak belukar. Lama kelamaan mulai dibangun  jalan dan akhirnya dibuatkan rabat beton dan bisa dilalui kendaraan roda dua. Sehingga para peziarah bisa sampai ke makam tersebut dengan menggunakan jasa ojek. Seperti makam-makam wali yang lain, dimakam Syeh Sadzali terdapat sebuah tradisi yang di laksanakan setiap setahun sekali yaitu ‘Bukak Luwur’. Bukak luwur adalah tradisi mengganti selambu putih(mori) yang menyelimuti seluruh makam. bukak luwur Syeh Sadzali di laksanakan pada tanggal 25 Syura. Mengapa tanggal demikian???? Karena tanggal tersebut telah menjadi kesepakatan para tokoh masyarakat atas petunjuk dari para kyai/ulama’ besar. Pada acara khaul/bukak luwur tersebut diadakan berbagai kegiatan seperti halnya pengajian, khatam Al-Qur’an, tahlil, kenduren nasi tumpeng.
Uniknya kelambu atau kain putih bekas penutup makam tersebut menjadi rebutan masyarakat karena untuk mendapatkan “berkah” dari wali yang bersangkutan. Masyarakat meyakini bahwa atsar doa dari para peziarah menempel pada kain luwur tersebut.
Air 3 Rasa



Selain terdapat makam Syeh Sadzali, di rejenu juga terdapat 3 buah kolam kecil yang berisi air yang sangat jernih. Yang menjadikan kolam itu beda adalah rasa yang berbeda-beda. Mengapa bisa demikian???  Sampai sekarang bukti yang jelas belum bisa di temukan. Tetapi menurut alamiah  kolam tersebut telah tercampur dengan getah dari akar pohon-pohon yang ada di atasnya, sehingga bisa menimbukan rasa yang bermacam-macam.
(http://ridloilhami.blogspot.com)
(http://ridloilhami.blogspot.com)
Anehnya di samping air 3 rasa tersebut juga terdapat air yang biasa digunakan untuk wudlu tetapi rasanya tawar.

Tradisi/kebiasaan masyarakat sekitar ataupun peziarah yang datang ke rejenu tidak afdhol jika tidak mencicipi atau mengambil air 3 rasa tersebut. Menurut kepercayaan, air tersebut berkhasiat menyembuhkan segala penyakit. Yang paling hebatnya air tersebut tidak pernah habis walaupun pada musim kemarau, dan jika diambil airnya rasanya tidak akan pernah hilang sampai berbulan-bulan. Tetapi semua hanya tergantung niat dan kepercayaan masing-masing kepada Allah SWT yang telah menciptakan segalanya di dunia ini. Kita patut bersyukur atas segala apa yang telah diberikan kepada kita semua.

4 komentar:

Anonim mengatakan...

NGONO ZE

Anonim mengatakan...

Yups, Artikelnya bagus. Itu dari hasil wawancara dengan juru kunci ya? Informasi mengenai asal usul Syeh Sadzali kelihatannya masih simpang siur yah, ada yang mengatakan beliau adalah adalah guru dari Kanjeng Sunan Muria, ada pula yang mengatakan bahwa beliau merupakan murid dari Sunan Muria. Bagaimana pendapatnya? Terimakasih :)

Anonim mengatakan...

ikut iseng2 berpendapat ya,
Pendapat yang mengatakan syekh syadzili guru dari sunan muria mungkin lebih kuat karena letak posisi geografi makam syekh syadili lebih tinggi dibanding makam sunan muria. biasanya dalam adab/ tata krama guru dan murid sang murid tidak berani dimakamkan diatas/ sejajar dengan gurunya karena beranggapan hal tersebut su' adab/kurang etika. seperti makam rasulullah dan sahabat abubakar & umar sahabat abubakar dimkamkan sedikit dibawah Rasulullah , dan sahabat umar di makamkan dibawah dari sahabat abubakar ra. wallahu a'lam

slaf mengatakan...

baru tau aku. berkat pak dhe aku jadi tau. kini aku harus belajar untuk mengetahui tentang sejarah para ulama' khusurnya tempat disekitarku.

Posting Komentar